Ai Tin Sumartini

Ai Tin Sumartini, M.Pd, lahir di Cikajang Garut Jawa Barat. Pengabdian sebagai guru PPKn sejak tahun 1994. Pendidikan terakhir S2 Program Studi PKn di SPs UPI B...

Selengkapnya
Navigasi Web
Literasi bahasa sunda

Literasi bahasa sunda

#tantanganGurusianna

Hari ke-4

Literasi bahasa Sunda

Hari ini, Kamis pagi pukul 07.00-07.30 tanggal 23 Januari 2020 sekolah kami mulai melaksanakan program literasi berbahasa sunda bagi semua guru. Sementara untuk peserta didik sudah dilakukan sejak digulirkannya Gerakan literasi nasional. Guru bahasa sunda sebanyak 3 orang dibagi 2 tim, 2 orang membimbing peserta didik berliterasi di lapangan upacara dibawah bimbingan bu Siska dan bu Demaswati, sedangkan bu Cucu mendampingi kami beliterasi di ruang guru.

Bahasa sunda, sekalipun bahasa ibu, bahasa daerah kami, tetapi penggunaannya dalam bekomunikasi sehari-hari masih banyak kesalahan, jangankan peserta didiknya, kami saja menyadari kelemahan tersebut. Ternyata kita selama ini kurang peduli terhadap kelestarian bahasa daerah sendiri. Belum lagi berbagai kebudayaan daerah lainnya, seperti lagu daerah, alat musik tradisional, tarian daerah. Hal yang paling sederhana adalah penggunaan bahasa daerah, ternyata juga masih banyak yang salah penempatannya, apalagi bahasa daerah itu banyak sekali ragam penempatannya, bahasa yang digunakan untuk diri sendiri, orang lain yang lebih tua, orang lain teman sepergaulan, bahkan penggunaan bahasa untuk binatang. Contohnya kata “makan” dalam bahasa Indonesia yang sama kepada siapa pun, kalau dalam bahasa sunda penempatannya berbeda. Kepada orang tua “tuang”, untuk orang lain bahasa halus“emam”, untuk orang lain bahasa kasar “dahar” untuk diri sendiri “neda”, untuk binatang “parab, hakan”. Bahasa Sunda di beberapa kota atau pun kabupaten ada perbedaan bahasa, disebut bahasa wewengkon.

Pada pagi hari ini, literasi bahasa sunda bagi guru-guru SMPN 5 Tasikmalaya membahas tentang jenis-jenis pupuh. Pupuh merupakan puisi tradisional dalam bahasa sunda, terdiri dari 17 jenis pupuh, yang memiliki jumlah suku kata, jumlah baris dan rima tertentu, serta masing-masing jenis pupuh memiliki karakter dan tema yang berbeda.

Walaupun pada masa-masa sekolah dahulu, sudah dipelajari jenis-jenis pupuh ini, namun seiring berbagai kepentingan dan urusan masing-masing tentu lupa lagi. Alhamdulillah hari ini dapat pencerahan kembali, mengingat jenis-jenis pupuh dengan cara dinyanyikan supaya mudah mengingatnya.

Berikut ini jenis -jenis pupuh yang dibuatkan lagunuya:

NATAAN PUPUH

Urang tembang diajar ngahaleuang

Lagu pupuh aya 17

Urang tataan urang apalkeun

Kumaha laguna kumaha dangdingna

Pupuh kinanti jeung pupuh sinom

Asmarandana jeung dangdanggula

Gambuh, ladrang, lambang, maskumambang

Balakbak, magatru, jeung pucung

Wirangrong jeung juru demung

Urang tmbang diajar ngahaleuang

Lagu pupuh aya 17

Lagu-laguna dangding dangdingna

Haleuang tembangna omat kudu bisa

Diawali dngan mengamati kata demi kata dalam lagu itu, dipahami artinya, kemudian mencoba untuk menyanyikannya bersama-sama dan diulang-ulang. Satu persatu tiap MGMP unit guru-guru mencoba menyanyikan hingga tak terasa waktu 30 menit kegiatan literasi pagi ini berakhir. Semoga kegiatan hari ini menjadi awal yang baik untuk berupaya melestarikan keatifan lokal terutama kemampuan berbahasa sunda.

Nelitas, 23 Januari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post